AIR 2 KOLAH

Tiap kali aku terima atau terbaca bab-bab mencuci mengguna mesin pembasuh tidak akan mensucikan pakaian ,aku jadi @@########### bukan bengang tapi confused. Sifat aku yang semula jadi suka bertanya diri sendiri and my favourite question...Kenapa Pulak? Akan keluar kerana perasaan tidak puas hati kerana orang bercakap pasal hukum tidak memberi dalil yang kukuh.

Alasan yang diberi sama saja tak cukup DUA KOLAH AIR....hmmm rasa2 mesin kat kedai DOBI yang paling besar pun tak cukup dua kolah.


Di Malaysia ,kita beruntung hujan selalu turun dan dua kolah air senang2 untuk di takong tetapi Islam bukan sahaja untuk Malaysia tetapi Universal...di tanah gurun ,puncak gunung malahan di kutub utara/selatan sekali pun Islam mesti disebar.

Dan Islam berkait rapat dengan hukum.Dan salah satu hukum dalam Islam ialah mensucikan diri .Aku yakin mensucikan diri bukan sahaja dari segi lahiriah tetapi bathiniah dan termasuklah minda manusia yang mesti bersih dan suci dari fikiran2 yang kotor.

TErfikir lagi kalau di kutub tempat salji ,tempat ais bagaimana cara yang betul untuk seorang Islam bersuci dan berwudhuk.

Ini yang ku terima melalui e mel...


Subject: Sedarkah anda



Kembali Ke Pangkal Jalan1. Sedarkah anda bahawa air yang mampu dikandung oleh
washing machine adalah kurang dari
2 kolah dan sekiranya pakaian anda bernajis
(terdapat air kencing, tahi cicak, etc), seluruh pakaian yang bersih pun akan
turut menjadi najis atau tidak suci. (berdasarkan hukum air mutanajjis)

2. Sedarkah anda bahawa
hampir setiap telur ayam terdapat najis di kulitnya dan
sekiranya tangan kita basah atau telur itu sendiri basah semasa kita hendak
memecahkannya, tangan kita akan turut bernajis. Dan sekiranya sebahagian dari
telur tersebut termasuk dalam masakan kita, maka kita turut memakan najis
tersebut. (Roti canai telur, anyone?)

3 . Sedarkah anda bahawa lantai tandas itu kotor dan bernajis disebabkan
tempiasan, maka kita perlu memakai selipar semasa dalam tandas. Dan cara utk
memakai selipar semasa memasuki tandas adalah dengan meletakkan kaki kiri ke
atas selipar (tanpa memakainya), kemudian menyarungkan kaki kanan ke selipar
kanan. Diikuti dengan menyarung kaki kiri ke selipar kiri. (Kerana adab
masuk
tandas adalah kaki kiri manakala adab memakai selipar adalah dengan kaki kanan
dahulu). Ada segolongan yang masuk tandas dengan kaki kiri tapi memijak lantai,
tidak memijak selipar (Ini akan mengotorkan kaki kita).


4. Sedarkah anda bahawa walaupun kita mengalas sejadah ke atas tempat yang
bernajis, itu tidak bermakna tempat kita sujud tersebut adalah suci. Kita perlu
menyucikan najis itu terlebih dahulu. (dari sumber '600 Masalah Agama'
hasil tulisan beberapa orang ustaz dan ustazah, antaranya Ustaz Ismail Kamus)

5. Sedarkah anda bahawa apabila kita membersihkan najis seperti darah, kita
perlu berhati hati supaya air basuhan tersebut tidak memercik ke anggota badan
atau pakaian kita kerana air tersebut kurang dari 2 kolah dan akan menyebabkan
anggota badan kita turut bernajis.

6 . Sedarkah anda bahawa kita perlu bernafas semasa minum air (utk mengelakkan
sakit jantung) dan udara hembusan
pernafasan kita perlulah di luar gelas.
(Kerana H20 + CO2 = H2CO3, maka cuka terhasil dan menyebabkan minumaan menjadi
acidic)

7. Sedarkah anda bahawa memberi salam 'Akumzzz' dalam chat adalah
umpama menghina ucapan
salam itu sendiri dan secara tidak langsung seperti
menghina Islam. Sekian, ampun dan maaf kalau ada tersalah data dan info.
Oleh kerana tidak ada dalil dan aku tidak berpuas hati ...jadi aku cari dalam internet dan alhamdulillah menemui sesuatu yang aku mehukan seperti yang aku muatkan di sini. Mudah2an menjadi panduan kita bersama.

Bab Cara Membersihkan Najis Cetak halaman ini Kirim halaman ini ke teman via E-mail
Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi
Wednesday, 13 December 2006

Sudah dimaklumi bahwa Syari'at Allah dan Rasul-Nya telah memperkenalkan kepada kita eksistensi barang yang najis atau yang terkena najis dan juga telah menjelaskan kepada kita kaifiyah, cara membersihkannya. Kita wajib ittiba' (mengikut) petunjuk-Nya dan merealisasikan perintah-Nya. Misalnya, manakala ada dalil yang memerintah mencuci sampai tidak tersisa bau, atau rasa ataupun warnanya, maka itulah cara membersihkannya. Apabila ada dalil yang menyuruh dituangkan, atau disiram, atau digosok dengan air, atau digosokkan ke tanah, ataupun sekedar dipakai berjalan di permukaan bumi, maka itulah cara mensucikannya. Dan ketahuilah bahwa air merupakan pembersih aneka najis yang utama dan pertama. Hal ini didasarkan pada penjelasan Rasulullah saw. tentangnya, di mana Rasulullah saw. bersabda, "Allah telah menciptakan air sebagai pembersih." (as-Sailul Jarrar I:48, no: 42). (Mengenai sabda Nabi saw., "Allah telah menciptakan air sebagai pembersih" ini Al-hafizh Ibnu Hajar dalam kitab Talkhishul Habir I: 14 menegaskan, "Aku tidak menjumpai hadits yang persis seperti itu, hanya yang semakna yang telah disebutkan di muka melalui Abu Sa'ad dengan "Sungguh air itu suci tidak bisa dinajiskan oleh sesuatu apapun" selesai).

Oleh sebab itu, tidak boleh bergeser kepada pembersih lain kecuali apabila ada kejelasan dari Nabi saw. Jika tidak ada, maka tidak boleh. Karena beralih dari sesuatu yang sudah dimaklumi sebagai pembersih kepada sesuatu yang tidak diketahui berfungsi sebagai pembersih, ini berarti menyimpang dari ketentuan rel syari'ah. (as-Sailul Jarrar I:48 no: 42 dengan sedikit diringkas).

Jika kita sudah memahami apa yang diuraikan di atas, maka ikutilah penjelasan syara' perihal sifat dan kiat membersihkan barang-barang yang najis atau yang terkena najis.

1. Membersihkan Kulit Bangkai dengan Menyamaknya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam riwayat berikut: Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata: "Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Kulit apa saja yang disamak, maka ia menjadi suci.'" (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 2907, al-Fathur Rabbani I: 230 no:49, Tirmidzi III: 135 no: 1782 dan Ibnu Majah II:1193 no: 3609 serta Nasa'i VII: 173).

2. Membersihkan Bejana yang Dijilat Anjing
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam riwayat dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sucinya bejana seorang di antara kamu bila dijilat anjing ialah (hendaklah) ia mensucinya tujuh kali, yang pertama dicampur dengan debu tanah.'" (Shahih: Shahihul Jami'ush Shaghir no: 3933 dan Muslim I:234 no: 91/279).

3. Mensucikan Pakaian yang Terkena Darah Haidh
Sebagaimana yang dijelaskan dalam riwayat Asma' berikut ini, dari Asma' binti Abu Bakar ra, ia berkata, "Telah datang seorang perempuan kepada Nabi saw. seraya berkata, pakaian seorang di antara kami, terkena daerah haidh, bagaimana ia harus berbuat?" Maka jawab Beliau, '(Hendaklah) ia menggosoknya, lalu mengeringkan dengan air kemudian membilasnya, kemudian (boleh) shalat dengannya.'" (Muttafaqun 'alaih, Muslim I:240 no: 291 dan lafadz baginya, Fathul Bari I:410 no:307).

Kalau setelah itu ternyata ia masih tersisa bekasnya, maka tidak mengapa. Berdasarkan riwayat dari Abu Hurairah ra bahwa Khaulah binti Yasar berkata, "Ya Rasulullah aku hanya mempunyai satu potong pakaian, dan (sekarang) saya haidh mengenakan pakaian tersebut?" Maka Rasulullah menjawab, 'Apabila kamu suci, maka cucilah yang terkena daerah haidhmu, kemudian shalatlah kamu dengannya.' Ia bertanya (lagi), 'Ya Rasulullah, (bagaimana) kalau bekasnya tidak bisa hilang?!' Rasulullah menjawab, 'Cukuplah air bagimu (dengan mencucinya) dan bekasnya tidak membahayakan (shalat)mu.'" (Shahih: Shahih Abu Daud no: 351, 'Aunul Ma'bud II: 26 no: 361 dan al-Baihaqi II: 408)

4. Membersihkan Pancung Pakaian Wanita
Cara membersihkannya adalah sebagaimana yang diuraikan riwayat di bawah ini, dari seorang ibu putera Ibrahim bin Abdurrahman bin 'Auf bahwa ia pernah bertanya kepada Ummu Salamah isteri Nabi saw., "Sesungguhnya aku adalah seorang perempuan yang biasa melabukkan pancung pakaianku dan (kadang-kadang) aku berjalan di tempat yang kotor?" Maka Jawab Ummu Salamah, bahwa Nabi SAW pernah bersabda, 'Tanah selanjutnya menjadi pembersihnya.'" (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 430, Muwaththa' hal 27 no:44, 'Aunul Ma'bud II: 44 no: 379, Sunan Tirmidzi I: 95 no: 143, Ibnu Majah I: 177 no: 531).

5. Mensucikan Pakaian dari Anak Kecil yang Masih Menetek
Caranya sebabagaimana yang diriwayatkan berikut ini, dari Abus Samh, pembantu Nabi saw., ia berkata, bahwa Nabi SAW bersabda, "Dicuci (pakaian badan) yang terkena kencing anak perempuan dan (cukup) disiram dipercik air dari kencing anak laki-laki." (Shahih: Shahih Nasa'i no: 293, 'Aunul Ma'bud II: 36 no: 372 dan Nasa'i I: 158').

6. Membersihkan Pakaian dari Air Madzi
Dari Shal bin Hunaif, ia berkata, "Dahulu aku biasa mendapati kesulitan dan kepayahan karena madzi sehingga aku sering mandi karenanya. Lalu aku utarakan hal tersebut kepada Rasulullah SAW, maka Beliau bersabda, 'Sesungguhnya cukuplah bagimu hanya dengan berwudhu.' Kemudian aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana dengan madzi yang mengenai pakaianku?' Maka jawabnya, 'Cukuplah bagimu mengambil setelapak tangan air lalu tuangkanlah pada pakaianmu (yang terkena madzi) sampai lihat air itu membasahinya.' (Hasan: Shahih Ibnu Majah no: 409, 'Aunul Ma'bud 1: 358 no: 207, Tirmidzi I: 76 no:115 dan Ibnu Majah I: 169 no: 506).

7. Membersihkan Bagian bawah Sandal
Sebagaimana yang diriwayatkan berikut ini, dari Abus Said ra bahwa Nabi saw. bersabda, "Apabila seorang di antara kamu datang ke masjid, maka baliklah kedua sandalnya dan perhatikan keduanya: kalau Ia melihat kotoran (pada sandalnya), maka gosokkanlah ke tanah kemudian shalatlah dengan keduanya." (Shahih: Shahih Abu Daud no: 605 dan 'Aunul Ma'bud II:353 no:636).

8. Mensucikan Tanah/Lantai
Dari Abu Hurairah ra ia berkata, "Telah berdiri seorang Arab Badui di (pojok) dalam masjid lalu kencing, maka kemudian para sahabat hendak menghentikannya, lalu Nabi saw. bersabda kepada mereka, 'Biarkan dia (sampai selesai) dan (kemudian) tuangkanlah di atas kencingnya setimba air atau seember air, karena kalian diutus (ke permukaan bumi) sebagai pemberi kemudahan, bukan ditampilkan untuk menyulitkan.'" (Muttafaqun 'alaih: Irwa-ul Ghalil no: 171, Fathul Bari I: 323 no: 220, Nasa'i I:48 dan 49 dan diriwayatkan secara panjang lebar oleh Abu Dawud, 'Aunul Ma'bud II:39 no:376, dan Tirmidzi I:99 no:147).

Nabi saw.memerintah para sahabat berbuat demikian hanyalah sebagai tindakan cepat agar tanah yang dikencingi segera suci kembali. Kalau tanah yang dimaksud dibiarkan sampai kering dan bau pesingnya hilang maka ia menjadi suci. Ini didasarkan pada riwayat Ibnu Umar ra. Ia berkata: "anjing-anjing sering kencing di dalam masjid, dan biasa keluar masuk (masjid) pada era Rasulullah SAW, dan para sahabat tidak pernah menyiramnya sedikitpun." (shahih: Shahih Abu Daud no:368, Fathul Bari secara mu'allaq 1:278 no:174 dan 'Aunul Ma'bud II:42 no: 378).

Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 62 --67.

Terakhir kali diperbaharui ( Tuesday, 27 November 2007 )



Comments

Anonymous said…
Haaa.. kita amik yang basuh dengan air sehingga hilang bau warna dan rasa, nak hilangkan semua tu kena ada air dan penyental, kalau tak, memang takkan hilang bau dan warna, rasa mungkin la kot. Air dua kolah tu selalunya untuk orang amik hadas kecil, sebab tu kat surau2 n masjid2 kolah dia beso2. Untuk jaga air tu supaya bersih, kalau jatuh taik cicak pun takpa, sebab bau, warna n rasa dia tak terjejas. Kalau kurang mungkin terjejas. Hmmm.. kena reffer ilmuan lain jugak, it just my pendapat.
NoraHash said…
Salam,

Quoted- kita amik yg basuh dengan air sehingga Hilang BAU, WARNA dan RASA.

Ok mm mahu tanya...bagaimana mahu tahu kalau kita beristinjak akan menghilangkan Bau, Warna dan Rasa...kalau depan mata..kita boleh nampak ,hidu dan rasa.

Mm juga tertanya ,Bagaimana pula dengan orang cacat penglihatan atau deria hidu atau deria rasa....mesti tak tiga2 ini di wajibkan atau hanya salah satu.

Popular posts from this blog

BERSALAH